
Presiden Trump Beri Waktu Tambahan: Tarif Uni Eropa 50% Ditunda hingga 9 Juli!
Bisnis • 2 Juni 2025
Awalnya, Presiden Trump mengancam akan menaikkan tarif sebesar 50% untuk semua barang impor dari Uni Eropa pada 1 Juni 2025. Namun, ia kemudian menyetujui penundaan hingga 9 Juli 2025 atas permintaan Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, guna mencegah konflik dagang. Uni Eropa juga menangguhkan tarif sebesar 25% hingga 14 Juli 2025 sebagai bagian dari upaya negosiasi dengan Amerika Serikat, namun tetap siap mengambil tindakan jika pembicaraan tidak mencapai kesepakatan.
Apa yang Membuat Presiden Trump Menaikkan Tarif Uni Eropa Sebesar 50%?

Sebelumnya, Presiden Trump mengancam akan memberlakukan tarif 20% pada mayoritas barang dari Uni Eropa, namun kemudian menurunkannya menjadi 10% dengan tenggat waktu 8 Juli. Karena kurangnya kemajuan dalam negosiasi perdagangan antara Amerika Serikat dan Uni Eropa, Trump meningkatkan ancaman tarif menjadi 50% untuk semua barang impor mulai 1 Juni 2025. Ia juga menyatakan kekecewaannya terhadap Uni Eropa yang dianggap kurang kooperatif dalam proses perundingan. Langkah ini diambil sebagai respons atas lambatnya perkembangan negosiasi, dengan tujuan mendorong terciptanya kerja sama yang lebih konstruktif.
Mengapa Presiden Trump Memberi Waktu Tambahan?
Trump menyetujui penundaan penerapan tarif 50% terhadap barang-barang dari Uni Eropa hingga 9 Juli 2025 untuk memberikan waktu tambahan melanjutkan negosiasi dagang antara kedua pihak. Keputusan ini muncul setelah pertemuan dengan Ursula von der Leyen yang menegaskan komitmen bersama untuk mencapai kesepakatan yang konstruktif. Penundaan tarif tersebut bertujuan untuk meredakan ketegangan perdagangan dan menghindari eskalasi konflik yang berpotensi merugikan kedua ekonomi.
Apa dampak dari kenaikan tarif ini?
Kenaikan tarif barang Uni Eropa sebesar 50% dapat berdampak signifikan terhadap ekonomi global, terutama bagi negara-negara yang memiliki hubungan dagang erat dengan Uni Eropa. Berikut ini adalah beberapa dampak dari kebijakan tersebut:
1. Penurunan Ekspor dan Pertumbuhan Ekonomi
Tarif yang tinggi dapat menyebabkan penurunan ekspor Uni Eropa ke Amerika Serikat hingga 10–15%, dengan potensi kerugian tahunan mencapai €50 miliar. Sektor yang paling terdampak kemungkinan adalah otomotif, mesin, dan farmasi. Penurunan ekspor ini diperkirakan akan menurunkan pertumbuhan PDB Uni Eropa sekitar 0,5–1% pada tahun pertama, dengan dampak jangka panjang yang lebih kecil namun tetap signifikan.
2. Inflasi yang Lebih Tinggi
Pengenaan tarif dapat meningkatkan biaya impor, yang berpotensi menaikkan inflasi di zona euro hingga 0,5 poin persentase. Kondisi ini akan menyulitkan upaya Bank Sentral Eropa (ECB) dalam menstabilkan harga dan dapat melemahkan daya beli konsumen.
3. Fluktuasi Pasar dan Ketidakpastian Ekonomi
Perubahan kebijakan tarif dapat memicu fluktuasi tajam di pasar keuangan. Indeks saham Eropa, seperti STOXX 600, berisiko mengalami penurunan, terutama di sektor-sektor yang sangat bergantung pada ekspor ke AS, seperti otomotif dan teknologi.
Dengan penundaan tarif ini, ketegangan dagang antara Amerika Serikat dan Uni Eropa setidaknya mereda untuk sementara waktu. Langkah ini memberi ruang bagi kedua belah pihak untuk kembali ke meja perundingan dan mencari titik temu yang saling menguntungkan. Meskipun negosiasi sebelumnya dinilai stagnan dan menimbulkan kekecewaan, keputusan Trump untuk memberi waktu tambahan menunjukkan bahwa peluang dialog masih terbuka. Ke depannya, keberhasilan atau kegagalan pembicaraan ini akan menjadi penentu arah hubungan dagang kedua kekuatan ekonomi besar tersebut.